Rabu, 05 Agustus 2009

mantra kiba

Teks Proklamasi





TEKS PROKLAMASI DIATAS ADALAH YANG SANGAT OTENTIK DAN BELUM ADA PERUBAHANNYA

Senin, 29 Juni 2009

BAHAYA AIDS

AIDS

(Acquired Immuno Deficiency Sindrome)

Membaca judul di atas, barangkali kamu bisa menebak arah isi tulisan ini. Ya….. AIDS merupakan salah satu penyakit yang paling diktakuti d abad ini. Pengen tahu siapa sih yang menemukan penyakit itu? Baca aja nih tulisan. Yup, satu, dua , tiga…cepret!!!

Suatu saat di tahun 1979, Michael S. Gottlieb dan Frederick P. Siegal dari AS menemukan seorang penderita sarcoma Kaposi yang disertai infeksijasad renik yang biasanya berbahaya ( infeksi opurtunistik). Infeksi ii disebabkan oleh kelemahan system kekebalan tubuh. Kebetulan yang menderita ini ialah laki-laki kulit putih, homoseks, dan berusia muda. Kelemahan system kekebalan ini disebut AIDS. Memang, penderita AIDS lebih banyak ditemukan pada kaum homoseksual, sehingga orang menduga penyebabnya ialah zat kimia yang biasa dipakai dalam kegiatan seksual. Tetapi, para pecandu narkotikan dan penderita yang sering tranfusi darah ternyata juga terjangkit penyakit ini. Maka, menghadapisituasi yang sedemikian itu. Pusat Pemberantasan Penyakit Amerika Serikat membentuk gugus tugas penelitian. Dugaan baru penyebab timbulnya AIDS adalah jasad renik atau seringnya kontak dengan protein asing.

Secara kebetulan, Robert C. gallo dari laboratorium Bologi Sel Tumor (Lembaga Kesehatan Amerika serikat) pernah meneliti dan mengisolasi suatu jenis retrovirus yang mampu menimbulkan gejala serupa AIDS. Jadi, Gallo pun lantas menduga, jangan-jangan AIDS disebabkan “anggota” retrovirus!Nah, berlomba-lombalah para peneliti retrovirus menemukan penyebab AIDS.

Tahun 1983, luc Montagnier dari lembaga Pasteur (Prancis) berhasil mengisolasi retrovirus dari penderita ARS, yang kemudian dinamai Lymphadenppathy-associated virus (LAV). Dan pada saat yang sama Gallo berhasil pula mengisolasi retrovirus baru dari penderita AIDS dan ARSyang kemudian dinamai Human T Lymphotrophic Virus III (HTLV III). Ternyata bukti bahwa LAV tersebut adalah HTLV III.

Kemudian Mika Popovic berhasil menemukan sejenis sel yang dapat hidup terus-menerus di laboratorium. Suatu virus dapat diperbanyak pada seltersebut sehingga reagensia dapat dibuat. Dengan reagensia tersebut, MG Sarngadharan berhasil mengidentifikasi virus dari penderita AIDS yang lain. Virus tersbut adalah HTLV II!

Taun 1985, Lembaga Psteur Prancis berhasil mengembangkan reagensia untuk menentukan ada tidaknya zat anti terhadap virus HTLV III dalam darah sesorang. Percobaan pun dilakukan pada darah di bank darah yang diambil dari tahun 1960-1970. hasilnya? Ternyata darah dari berbagai penjuru dunia tak mengandung zat kebal HTLV III, kecuali darah yang berasal dari wilayah kecil di Afrika bagian tengah. Jadi, diduga virus AIDS masih terlokalisasai pada tempat terbatas, dan sejak itu mulai menyebar ke bagian Afrika lainnya, lalu dibawa oleh ahli-ahli Haiti yang bekerja di Zaire.

Selama beberapa tahun nama virus AIDS itu dipertentangkan antara HTLV III dan LAV. Komite Internasional utuk Taksonomi virus akhirnya memutuskan memakai istilah Human Immunndeficiency Virus (HIV) sebagai istilah penganti HTLV III maupun LAV.(wahyu. S)

Diolah dari berbagai sumber

cerpen

TAK LEKANG OLEH WAKTU

Misa menatap nanar sekelilingnya, ia merasa cintanya pada Vino sudah tak mungkin terbalas lagi. Kini dia sudah semakin jauh meninggalkan Vino. Dunia mereka berbeda, tapi dalam hati Misa, Vino tetaplah seorang yang terbaik yang ada di hidupnya selama ini. Ia adalah sumber inspirasi bagi Misa, ia adalah semangat hidupnya. Bintang disaat hatinya gelap dan gerimis disaat jiwanya gersang. Namun dia sadar Vino hanyalah bagian dari masa lalunya. Masa lalu yang indah, dan terasa sakit jika kini ia harus melupakannya. Tapi tak ada jalan lain, bagaimanapun ia harus melupakannya.

Ia telah kehilangan hangat cahaya bintangnya. Dan gerimis itu lambat laun bukan menjadi pelangi yang jingga tapi kini telah menjadi badai yang mengoyak sakit ulu hatinya.

Ia menyesal mengapa ia terlalu mencintai Vino. Kini Vino telah menjadi mimpi indah bagi Misa, dan saat ia terbangun sakit rasanya menyadari hal itu,dan sepertinya ia tidak ingin terbangun dari mimpi indahnya untuk selamanya.

Berawal dari tiga tahun yang lalu……

Saat pertama kali Misa melihat Vino,ia melihat sorot mata yang penuh ambisi dan keras kepala tapi tersimpan kelembutan disana, Misa sangat ingin mengenalnya lebih jauh.

Dan ternyata semua berjalan seperti yang Misa inginkan.

Setahun telah berlalu, hubungannya dengan Vino pun semakin akrab, entah mengapa rasanya Misa merasa sangat sayang pada Vino, saat Misa jatuh Vino lah yang menuntunnya untuk dapat kembali berdiri tegar. Dan saat jalan Misa menyimpang Vino jugalah yang membantunya meluruskan setiap langkahnya. Bagi Misa saat itu Vino adalah nyawa hidupnya. Tapi kebahagiaan Misa tidak bertahan lama karena setelah ayah Misa mengetahui kedekatan nya dengan Vino ia marah besar. Tanpa alasan yag jelas ayah Misa selalau marah-marah saat tau Vino sering berkunjung ke rumah Misa.

Mulai saat itu hubungan Misa dengan Vino menjadi renggang. Terlebih kini Vino telah mempunyai kekasih baru dan tak lain adalah teman Misa sendiri yaitu Gita. Gita adalah gadis yang cantik, periang dan pintar. Dia teman baik Misa waktu kecil dulu, ia tidak percaya kalau Vino ternyata tidak seperti yang Misa fikirkan.

Tubuh Misa lemas, bintang yang dulu terang kemudian redup kini benar-benar padam. Misa tak percaya ini terjadi padanya. Rasanya kini ia telah kehilangan nyawa hidupnya, ia tak tau harus bagaimana lagi dan saat ini yang ada dalam fikirannya hanyalah Misa tak ingin hidup lebih lama lagi.

Waktu terus berlalu, semakin Misa berusaha melupakan Vino semakin ia menyadari bahwa ia tak ingin kehilangan Vino, saat ia melihat bintang atau saat hujan gerimis turun ia merasakan keberadaan Vino disana, bersamanya.

Hari itu pun datang, saat itu kira-kira pukul empat sore, saat itu Misa sedang duduk-duduk diteras rumah ditemani seekor kucing tetangganya, Misa heran mengapa dari tadi kucing itu terus mamandanginya, tiba-tiba hand phone Misa bernyanyi, Misa setengah kaget saat menyadari panggilan itu berasal dari GITA , “Ngapain sih nih anak telfon-telfon, males banget deh” gerutu Misa.Tapi karena penasaran akhirnya Misa mengangkat telfon dari Gita. “Hai Git…da pa…tumben telfon” cerocos Misa.

Tapi Misa semakin heran saat ia mendengar suara hening di ujung telpon..

Misa menjadi bingung “Halo Gita…!!! Kok diem….ada apa??”,setelah agak lama baru Gita menjawab “Vino SA….Vino” ucap Gita.

“Vino kenapa??” tanya Misa, dan dengan suara bergetar Gita menjawab “Vino kritis…..dia kecelakaan…”

Misa tersentak setengah kaget, ia tidak percaya pada kata-kata Gita berusan.

“ Halah…basi Git…nggak lucu tauk…”Misa langsung mematikan telfon dan menonaktifkan Hand phonenya.

Misa tidak percaya pada semua ucapan Gita dalam hati Gita berbisik ‘Halah paling-paling Gita cuma mau ngerjain aku ataumau ngetes aku gitu,aku masih sayang nggak sama Vino’.

Malam pun tiba dan entah mengapa malam itu Misa tidak bisa memejamkan mata sepicingpun. Hati dan fikirannya tertumpu pada Vino. Ternyata Misa khawatir juga pada kata-kata Gita tadi sore Pagi itu Misa memutuskan untuk pergi kerumah Vino selain karena sudah lama Misa tak berjumpa dengan Vino juga ingin memestikan keadaan Vino baik-baik saja. cinta Misa kepada Vino dari pertama bertemu sampai sekarang tidak pernah berkurang sedikitpun.

Setibanya di rumah Vino, Misa heran ketika melihat rumah Vino ramai di datangi orang-orang dan yang lebih mengherankan lagi ada bendera kuning disana.

Ia benar-benar linglung. Ketika tiba dihalaman dan bertemu dengan Gita, spontan Gita langsung memeluknya sambil menangis dan berkata denga lirih.

“Vino Sa….Vino dia udah nggak ada….dia udah pergi ninggalin kita semua…selamanya..!!!”

Seketika itu Misa merasa tubuhnya lemas dan pandangannya gelap. Dan sepertinya ia sedang bermimpi, bermimpi bermain gerimis dan melihat bintang bersama Vino, hanya bersama Vino. Tapi tiba-tiba Misa merasa bayangan Vino menjadi mengabur,mengabur dan menghilang. Misa berteriak-teriak memanggil namaVinonamun bayangannya telah hilang. Dan ketika ia sadar ia telah berada di disebuah ruang tamu

Dia baru ingat bahwa Gita berkata kalau Vino telah pergi…itu berarti bahwa Vino……. Misa segera melompat dari tempat tidur dan dengan setengah berlari menuju ruang tengah, dan saat ia berada diruang tengah ia tak percaya pada apa yang dia lihat , ia melihat Vino berada disana, di ruang tamu…telah terbujur kaku. Misa sudah tidak tau lagi apa yang ia rasakan dan apa yang ia pikirkan. Ia ingin menangis sejadi-jadinya tapi entahlah mengapa rasanya air matanya tak mau menetes dari matanya. Misa juga ingin berteriak sejadi-jadinya tapi tanpa terasa lidahnya kaku dan kelu hingga ia tak bisa berkata apa-apa. Ia hanya berdiri disana, termanggu tak percaya pada apa yang dia lihat. Dengan mengumpulkan segenap tenaga dengan susah payah ia melangkah, mendekati tubuh Vino yang sudah kaku itu. Ia menatap lekat wajah Vino yang penuh dengan luka bekas kecelakaan. Wajah Vino terlihat pucat, ia memberanikan diri untuk menyentuh tangan Vino, tangan itu kini telah ia genggam, ia merasakan tangan Vino dingin sedingin es. Misa tak tahan lagi ia berlari…menjauh dari sana menemui Gita.

“Git…Aku nggak tau lagi apa yang sekarangharus aku lakuin...kamu tau sendiri kan gimana rasanya di tinggal orang yang sangat kita cintai??” Tanya Misa

“Aku tau Sa…tapi lebih sakit lagi ketika orang yang kita sayangi itu ternyata hatinya bukan untuk kita” ucap Gita

“Apa maksud mu?” tanya Misa Lagi

“Apakau tau Sa...??kalau sebenarnya Vino tak pernah menganggapku ada?? Dia tidak pernah mencintaiku, yang ada di hatinya hanya kamu selamanya tak pernah terganti oleh siapapun,Dan taukah kamu betapa sakitnya aku Sa?setiap kali Vino ngobrol denganku hanya kaulah yang jadi topik pembicaraan setiap kita bertemu, apa kau pernah merasakan Sa rasanya jadi pelarian?? Asal kau tau Sa..rasanya sakit…sakit!!”

Misa hanya berdiam dan tanpa ia sadar butiran air menetes dari matanya tak bisa ia bendung lagi. “Dan mengertikah kau Sa…apa alasan ia berpura-pura ppacaran dengan ku ?? karena dia takut kau memilih dia dari pada keluargamu yang tak merestui hubunganmu dengan dia. Dia takut keluargamu dan orang banyak menyebutmu anak durhaka, ia takut orang orang mencacimu Cuma gara-gara Vino,dan karena itulah ia menjadi berpura-pura jadi kekasihku, agar kau menganggapnya jahat… dan akhirnya melupakannya demi kebaikan mu,tapi ternyata takdir berkata lain..!!”

Hati Misa benar-benar hancur berkeping-keping dan kepingan itu juga telah hancur menjadi menjadi serpihan yang Misa sendiri tak tau di mana serpihan hatinya sekarang. Pikiran Misa sedemikian kalut, ia tak tau lagi apa yang ia impikan dan ia cita-citakan, ia sekarang hanya ingin satu hal. Saat itu Vinosudah terlanjur di makamkan karena hari telah gelap.

“Gita…antarkan au kemakam Vino, aku ingin kesana…!!” kata Misa dengan terbata-bata.

“Baik….jika itu maumu”. Sahut gita.

Dalam perjalanan ke makam Vino, Misa dan Gita sama-sama terdiam, sesampainya di pusara Vino , Misa berkata pada Gita

“Tinggalkan aku sendiri disini”. kata Misa lirih.

“ Apa kau yakin..?? ini sudah malam Sa…tapi baik aku mengerti !!”, jawab Gita sambil meninggalkan Misa sendirian disana.

Kini yang ada di benak Misa hanyalah sebuah penyeslan belaka Ia tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan., andai dia tidak pernah bertemu dengan Vino, andai tidak ada cinta di antara mereka dan andai ia tak pernah terlahir sebagai Misa.

Lama Misa terdiam di sana ,Misa putus asa rasanya ia juga ingin menyusul Vino namun tiba-tiba Misa seperti mendapat sebuah semangat,entah dari mana asalnya,sebuah semangat yang selalu Misa dapatkan dari Vino. Mungkin angin yang telah membisikinya ‘bahwa hidup Misa masih panjang , dan masih banyak hal yang harus ia jalani. Misa tak boleh menyerah, ia harus kuat.” Kak Vino…aku sayang sama kakak”.bisik Misa pada makam Vino.” Baik kak sekarang udah Misa putuskan….Misa bakalan tegar,Misa harus meneruskan hidup Misa,ini bukan akhir dari semuanya,masih banyak impian Misa yang belum tercapai. Kak tapi asal kakak tau Misa sayang banget ama kakak…bagi Misa kakak itu tetap ada di hati Misa sekarang…dan sampai kapanpun….bagi Misa kakak tak pernah lekang oleh waktu…”.

Misa tak tahan lagi dengan situasi ini. Ia lelah jika harus menjalani hubungan tanpa status. Batinnya terasa tersiksa. Ia tak mampu lagi memendam rasa cintanya pada Radit lebih lama lagi, 1 tahun cukup bagi Misa untuk menunggu kata cinta dari Radit. Dan kini Misa telah bertekat ingin menyatakan cintanya pada Radit. Misa tak peduli apa tanggapan Radit nanti. Dia juga sudah siap jika dia dianggap sebagai cewek kegatelan atau sebaginya, lagi pula selama ini ia merasa Radit telah memberi harapan padanya.

Misa juga tak pernah mendengar gosip tentang cewek yang dekat dengan Radit selain dirinya. Lagi pula Radit juga tak pernah sekali pun bercerita tentang cewek yang istimewa kepada Misa. Jadi Misa tak ada salahnya untuk mencoba.

Rasanya kini Misa menjadi bersemangat ia tidak sabar lagi ingin mengungkapkan cintanya kepada Radit. Dengan hati berdebar-debar Misa menyambar HPnya. Mendial nama Radit tidak begitu sulit bagi Misa mencari nama Radit di HPnya, karena Misa memang sengaja meletakkan nama Radit pada urutan pertama. Agak lama Misa menunggu, akhirnya tersambung juga. Terdengar dari ujung telepon suara yang tidak asing lagi bagi Misa.

“Hallo Sa!!!, tumben telfon pagi-pagi. Kamu nggak sekolah?” tanya Radit.

“Ini mau berangkat, eh kak, nanti sore kakak ada acara nggak, ada yang mau Misa omongin.”

“Em…. kayaknya, nggak deh ….. emang mau ngomong apa ? Ngomong sekarang aja”.

“Nggak deh, nanti aja. Pulang sekolah langsung jemput aku ya”. Kata Misa.

“OK deh tuan putri, cepaet berangkat sono, entar keburu telat looh !”.

“Iya, iya!! Sampai nanti ya kak …”

Misa menutup telfon. Dan bergegas berangkat. Ketika berada di sekolah, hatinya terus menerus gelisah. Ia ingin hari cepat berlalu. Dan ia merasakan waktu berjalan sangat lambat.

Akhirnya jam pelajaran sekolah pun berakhir. Misa segera mengambil langkah seribu menuju ke tempat parkir sekolah.

Tak sulit baginya untuk menemukan Radit di sana. Karena setiap Radit menjemput Misa, ia selalu parkir di dekat pohon beringin yang ada di depan sekolah Misa. Misa pun cepat-cepat menghampiri Radit.

“Hai kak, udah lama nunggu?”

“Belum kok, barusan aja, ayo naik”.

“Iya…”

“Mau ngomong apa sih Sa? Kok kayaknya penting banget”.

Misa terhenyak kaget. …..ia bingung bagaimana cara untuk memulainya.

“Lho kok malah bengong? Katanya mau ngomong?”

“Eh anu kak.., nggak enak ngomong di jalan, sambil makan aja yuuk!!”.

“Ya.. tinggal ngomong gitu aja kok ribet banget sih…!! Tapi ya udah gak papa deh, lagian kakak juga laper”.

Saat perjalanan menuju restorant, mereka hanya diam saja sibuk dengan pikiran masing-masing.

“Kayaknya penting banget ya, Sa?”

“Nggak juga sih, Kak. Misa tanya tapi kakak jawabnya yang jujur ya…. Kalo bohong dosa lo….”

“Iya, Sa! Udah cepetan, mau ngomong apa? Bikin kakak penasaran aja”.

“Gini kak, kok selama ini kakak nggak pernah cerita ke Misa soal cewek kakak, emang kakak belum punya cewek ya?”

Sontak Radit kaget. “Lho kok tanyanya gitu, Sa ....”

“Emang kenapa kak? Nggak boleh?”

“Ya, nggak gitu…!! Tumben aja”. “Trus…?? Any something trouble…..?? Something wrong…..?”

“Kakak emang belum punya cewek “. Mendengar jawaban Radit, Misa…

“Kak, Misa sayang sama kakak”.

“Ya ampun, Sa, kamu muter-muter cuma mau ngomong itu? Kakak juga sayang sama kamu, huh …adikku yang lucu…!!” sambil mencubit pipi Misa.

“Tapi Misa nggak bercanda, kak”. kata Misa sambil menatap Radit sepi.

“Perasaan ini…lain…nggak biasa…Mungkin ini….cinta..”, kata Misa lirih.

Mereka berdua terdiam. Lama….

“Ma’af, Sa jika selama ini kakak mungin seperti terlalu banget sama kamu, tapi sebenarnya kakak nggak ada maksud apa-apa…..”.

“Kakak nggak cinta sama Misa kan…..?” tanya Misa.

“Bukan itu Sa….”

“Terus apa…?”

Rait terdiam.

“Jawab kak…”, desak Misa.

“Kakak butuh waktu”.

“Waktu untuk apa lagi kak.. ?”

“Apa kakak kurang yakin sama Misa?”

“Nggak gitu Sa….”

“Nggak usah muter-muter deh kak, Misa bingung”, kata Misa setengah menangis.

“Kakak…,” kata Radit terbata-bata.

“Apa?? Kakak pengen pacaran kalo udah semester akhir??”

“Misa siap nungguin kok”.

“Lalu apa kak?? Bilang yang sebenarnya sama Misa”, kata Misa sedikit emosi.

“Karena kakak …..selama ini kakak…..nggak suka sama cewek “, ujar Radit lirih.

Seketika Misa lemas, tak percaya dengan kata-kata yang baru saja ia dengar.

“Apa kak…?”.

“Jadi selama ini kak Radit….. ??”

“Kamu kaget ya, Sa…..?”

“Kenapa kakak nggak bilang dari dulu…..?”

“Karena kakak takut pada kenyataan. Kakak takut kamu jadi menjauhi kakak”.

“Sebenarnya kakak ingin berubah, Sa! Tapi kakak sadar butuh waktu lama untuk itu”.

“Jika memang gitu, Misa mau kok nungguin kakak sampai kapan pun karena bagi Misa, kakak itu di dalam hati Misa, tak kan pernah lekang oleh waktu,” ucap Misa.

Dengan perasaan hancur, Misa meninggalkan Radit begitu saja. Dan Radit hanya bisa diam tertunduk menyaksikan kejadian yang baru saja ia alami. Pengakuan tulus dari Misa yang begitu mencintainya. Dan pengakuan jati diri siapa Radit sesunguhnya.

THE END


Free Blogspot Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger